Jumat, 06 Agustus 2010

Rokok: Peringatan, Ancaman, Atau Semboyan?

 


Oleh Fazar Muhardi

Merokok dapat, menyebabkan kenker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin.

        Peringatan itu tertulis besar-besar di papan reklame rokok di jalan-jalan protokol, iklan rokok di media, bahkan tertulis diberbagai kemasan rokok yang memiliki pita cukai secara legal.

        Tapi sampai saat ini jumlah perokok di Indonesia terus bertambah dan cendrung mengalami peningkatan yang signifikan.

        Beragam merek dan jenis rokok terus "mewabah" di pasar dalam negeri dari Sabang sampai Marouke, pedesaan hingga perkotaan tidak kecuali di Kota Dumai, Riau.

        Itu cukup menjadi bukti bahwa peringatan yang tertulis besar-besar itu sama sekali tidak mengancam bahkan mungkin menjadi semacam "semboyan", atau kalimat peneguh untuk tetap merokok. 
   Pantauan Fazar-News terhadap kebiasan masyarakat Dumai mulai dari pelajar SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi, menunjukan, kebiasan merokok makin hari makin terpatri di Dumai.

        Sejumlah siswa SD di Kota Dumai bahkan memiliki komunitas pehobi merokok. Kebiasaan siswa berseragam "merah putih" ini sering terlihat di sejumlah lorong dan gang-gang sempit yang ada di Kota Dumai.

        Sebatang rokok, biasanya mereka hisap secara bergantian. Apabila kurang puas, bocah-bocah itu biasanya mencari puntungan rokok yang berserak di jalanan.

        Apabila puntungan itu masih menyisakan tembakau, maka mereka akan membakar ulang dan menghisapnya hingga kadar tembakau pada puntungan tersebut benar-benar tidak tersisa.

        Pemandangan ini selalu terlihat setiap harinya di tempat yang sama walau terkadang geng bocah perokok itu kerap berlainan wajah.

        Pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Dumai yang juga memilki kebiasaan sama dengan kalangan pelajar SD di kota itu.

        Bedanya, siswa SMP lebih terbuka, walau masih terkesan segan dan takut ditegur oleh orang tua serta pendidik yang bisa saja berpapasan saat mereka mencontoh kebiasaan buruk orang dewasa itu di pinggiran kota.

        Kalangan pelajar Sekolah Menegah Atas (SMA) di Kota Dumai yang sudah tidak lagi sungkan untuk menghisap rokok. Kebiasan merokok yang dipertunjukkan kalangan ini tidak lagi membentuk suatu kelompok atau komunitas tersendiri.

        Mereka lebih vulgar menunjukkan kebiasan merokoknya di muka umum. Bahkan tidak sedikit yang sudah mendapat restu oleh orang tua dan kerabatnya.

        Di beberapa universitas yang berada di kota itu yang tidak memiliki aturan larangan calon sarjananya untuk merokok di lingkungan universitas, seperti yang terjadi di Sekolah Tinggi Transportasi Darat (STTD) Kota Dumai.

        Sebelum kuliah, mahasiswa di STTD ini biasanya menghabiskan waktu menunggunya dengan merokok sembari menunggu dosen hadir di hadapan mereka.

        Rangkaian pantauan itu menunjukkan bahwa merokok bukanlah hal yang aneh di Kota Dumai. Merokok seolah telah menjadi tren kawula muda di Kota Mutiara Pantai Sumatera itu, mulai dari komunitas pekerja kecil hingga eksekutif, kalangan miskin hingga kaya raya, rata-rata memiki kebiasaan sama.

   
               Tembakau Penyebab Kematian
   Sejauh ini, para peneliti menempatkan tembakau pada peringkat utama penyebab kematian. Tembakau menyebabkan satu dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta kematian setiap tahunnya.

        Ini berarti rata-rata satu kematian setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 akan mendekati dua kali jumlah kematian saat ini jika kebiasaan konsumsi rokok terus berlanjut dan justru semakin mengalami peningkatan yang signifikan.

        Padahal kematian itu sebenarnya dapat dicegah dengan mudah, salah satunya tidak merokok atau menghindari asap rokok.

        Berdasarkan catatan tim medis Indonesia menyebutkan bahwa rokok dapat menyebabkan 10 efek buruk untuk bagi penghisapnya. Yang pertama merokok akan mengurangi aliran darah yang diperlukan untuk mencapai suatu keadaan ereksi. Karena hal tersebut, rokok dapat berakibat impotensi.

        Kedua, merokok dapat mengurangi aliran oksigen dan zat gizi yang diperlukan sel kulit pemakainya dengan jalan menyempitkan pembuluh darah di sekitar wajah sehingga akan menyebabkan percepatan keriput pada wajah.

        Selanjutnya, rokok juga menyebabkan gigi berbercak dan nafas bau. Partikel dari rokok sigaret dapat memberi bercak kuning hingga cokelat pada gigi pecandunya, dan ini juga akan memerangkap bakteri penghasil bau di mulut. Kelainan gusi dan gigi tanggal juga lebih sering terjadi pada perokok berat.

        Rokok juga dapat menyebabkan tubuh penggunanya dan ruang yang berada di sekitarnya menjadi bau. Rokok sigaret memiliki bau yang tidak menyenangkan dan menempel pada segala sesuatu, dari kulit dan rambut sampai pakaian dan barang-barang di sekitar penikmat rokok.

        Rokok lambat laun akan menyebabkan kerapuhan pada tulang pinggul pecandunya, terutama pecandu wanita yang sudah lanjut usia.

        Bahkan rokok juga dikabarkan mengandung zat yang mampu menyebabkan peningkatan mood. Zat inilah yang biasanya kandungannya berkurang saat seseorang menderita depresi. Itulah juga penyebabnya mengapa orang yang sedang stres atau depresi cenderung mencari "pelarian" ke rokok.

        Rokok juga menjadi panutan yang buruk bagi anak. Setiap hari, diperkirakan 3.000 anak di AS yang menjadi ketagihan menghisap sigaret. Bila mereka terus merokok, 1.000 diantaranya bisa dipastikan akan meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan merokok.

        Rokok juga merupakan salah satu penyebab kebakaran di Indonesia, terutama di lahan kering.

        Rokok juga menjadi penyebab sirkulasi darah yang kian buruk. Hal tersebut beralasan karena sel darah merah telah dirancang untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Pada perokok, molekul oksigen digantikan oleh komponen dari asap rokok, sehingga menghambat transportasi oksigen yang penting bagi kehidupan sel.

       Dan yang terakhir, efek buruk yang disebabkan oleh rokok adalah kebodohan . Hal itu beralasan karena asap rokok yang masuk kedalam tubuh manusia secara tidak langsung ternyata menyentuh organ penting pada otak. Jika hal itu sering terjadi, maka diyakini dapat menganggu fungsi sel otak dan mengurangi daya fikir dan ingatan pecandunya.

   
                      Konsumsi Rokok Terbesar
   Penelitian dari sejumlah universtitas ternama juga menyebutkan 900 juta atau 84 persen perokok se dunia hidup di negara-negara berkembang atau transisi ekonomi, termasuk di Indonesia.

        The Tobacco Atlas juga mencatat ada lebih dari 10 juta batang rokok dihisap setiap menit di seluruh dunia oleh satu miliar laki-laki dan 250 juta perempuan.

        Sebanyak 50 persen total konsumsi rokok dunia dimiliki China, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan Indonesia. Bila kondisi ini berlanjut, diperkirakan pada tahun 2025 jumlah total rokok yang dihisap dapat mencapai 9.000 triliun batang setiap menitnya. Hal itu dilihat dari kecendrungan angka perokok yang terus meningkat.

        Di belahan benua Asia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa.

        Namun, sampai saat ini Indonesia belum mempunyai Peraturan Perundangan untuk melarang anak merokok. Akibat tidak adanya aturan yang tegas, dalam penelitian di empat kota yaitu Bandung, Padang, Yogyakarta, Malang, dan Riau, pada tahun 2004-2010, prevalensi perokok usia 5-9 tahun meningkat drastis dari 0,6 persen pada tahun 1999 menjadi 2,8 persen di tahun 2004 dan diperkirakan sudah mencapai 3 persen di tahun 2010.

        Peningkatan prevalensi merokok tertinggi berada pada interval usia 15-19 tahun dari 13,7 persen jadi 24,2 persen atau naik 77 persen dari tahun 1999.

        Menurut Survei Global Tembakau di Kalangan Remaja pada 1.490 murid SMP di Ibukota Tanah Air Jakarta tahun 1999, terdapat 46,7 persen siswa yang pernah merokok dan 19 persen di antaranya mencoba sebelum usia 10 tahun.

        Sebanyak 84,8 juta jiwa perokok di Indonesia berpenghasilan kurang dari Rp 20 ribu per hari upah minimum regional untuk Jakarta sekitar Rp 38 ribu per hari. Perokok di Indonesia 70 persen diantaranya berasal dari kalangan keluarga miskin.

        Sebanyak 12,9 persen budget keluarga miskin untuk rokok dan untuk orang kaya sembilan persen.

        Mengutip data Survei Ekonomi dan Kesehatan Nasional (Susenas), konsumsi rumah tangga miskin untuk tembakau di Indonesia menduduki ranking kedua (12,43 persen) setelah konsumsi beras (19.30 persen).

        Hal ini tentu menjadi tanda tanya, tatkala masyarakat kian prihatin karena harga bahan pokok naik, justru konsumen rokok kian bertambah.

        Orang miskin di Indonesia mengalokasikan uangnya untuk rokok pada urutan kedua setelah membeli beras. Mengeluarkan uangnya untuk rokok enam kali lebih penting dari pendidikan dan kesehatan.

        Sekitar 50 persen penderita kanker paru tidak mengetahui bahwa asap rokok merupakan penyebabnya. Dari 12 persen bocah setingkat jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang sudah diteliti pernah merasakan rokok dengan coba-coba. Kurang lebih setengahnya meneruskan kebiasaan merokok itu hingga beranjak dewasa bahkan hingga berkeluarga dan memiliki anak.

        Tak bisa dielakkan, rokok sangat bahaya bagi kelangsungan hidup manusia terutama bagi generasi muda yang merupakan penerus bangsa.

        Kendati demikian rokok terus diproduksi dengan canggih dan menjadi komoditas, yang dijual di bursa tembakau tanpa batasan sama sekali. Peringatan pemerintah atas bahaya rokok hanya dilihat sebagai angin lalu oleh kebanyakan pecandu serbuk tembakau berpita cukai perusak generasi bangsa ini/rokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar